Revolusi Itu Dimulai dari Kafe Donkey

kafe Donkey di Athens, Ohio

SEBUAH kafe di Athens, Ohio, merayakan ulang tahun yang ke-10. Para pengunjung –yang sebagian besar adalah mahasiswa dan masyarakat lokal—berkumpul bersama untuk merayakannya. Pihak kafe membagikan minuman gratis selama seminggu, lalu menggelar pemutaran film dokumenter dan diskusi tentang kafe itu. 

Saya sungguh terperangah. Mata saya membuka lebih lebar. Kafe itu bukan sekadar tempat melabuhkan semua lelah akibat beban akademik. Bukan juga tempat untuk nongkrong atau janjian dengan para bule-bule kece. Sejarah 10 tahun kafe itu adalah sejarah tentang idealisme untuk menjaga komunitas lokal. Di kafe ini, terbentang idealisme, pengharapan tentang kehidupan yang lebih adil, serta cita-cita keadilan social yang diwujudkan dengan membangun networking yang kuat dengan komunitas lokal. 

Semuanya bermula dari mimpi seorang pria bernama Chris Pyle. Sebelum membangun Donkey Café, ia berangan-angan adanya tempat yang menghubungkan antara mahasiswa dengan masyarakat lokal. “Saya menginginkan adanya komunitas yang memfokuskan diri pada isu keadilan sosial, seni, dan musik,” katanya saat diskusi di Athens, Jumat (13/11). “Saya berpikir bahwa sebuah kafe adalah tempat terbaik untuk mewujudkan ide saya itu,” lanjutnya. 

Bersama beberapa sahabat, mulailah Chris membangun kafe. Ia lalu membangun relasi dengan komunitas lokal dengan cara membeli semua produk lokal untuk dikemas menjadi menu di kafe itu. Ia sangat anti dengan barang impor. Kopi serta coklat di kafe itu, disuplai oleh petani lokal yang menanam dengan pola pertanian organik. Secara rutin, para petani bertemu di kafenya untuk sharing pengetahuan tentang tanaman organik. Mereka membangun siklus ketergantungan demi saling menopang. Petani menyediakan kopi untuk disuplai. Pihak Donkey lalu menjualnya dalam bentuk minuman, selanjutnya, ampas kopi itu dikembalikan kepada petani untuk menjadi pupuk organik. 

salah satu menu di kafe Donkey

Ia juga membangun komunitas dengan mahasiswa sebagai pelanggan kafe, dan menghubungkannya dengan para petani lokal. Tak hanya itu, ia membangun relasi dengan para musisi lokal dan secara berkala memberikan ruang buat mereka untuk tampil di kafe itu. Jaringan yang dibangun juga dengan para pembuat roti (bakery) lokal yang tersebar di desa-desa dekat Athens. Dari kafe yang kecil itu, telah terbentuk satu jaringan yang kuat serta sama-sama mengusung idealisme tentang bagaimana mempromosikan produk lokal di Athens. 

Pola ini kemudian menjadi model. Beberapa kafe serta kedai lain juga meniru langkah idealis yan dibangun Chris. Maka, terbentuklah satu jaringan yang kemudian menjadi kekuatan dan setapak demi setapak menggerakkan perubahan di tingkat lokal. Selama sepuluh tahun berkiprah, telah terbentuk satu komunitas epistemik yang kuat di Donkey. Tak heran jika kafe ini menyandang motto “Caffeine with Conscience.” 

pintu depan
kue-kue buatan masyarakat lokal
bartender
Kata Chris, motto ini bertujuan untuk mengingatkan semua orang tentang pentingnya membangun kesadaran, serta pentingnya membangun komunitas di tingkat lokal. Di usianya yang ke-10, Chris ingin memperkuat jejaring kafe ini. “Saya ingin membangun komunitas social justice yang menjadi payung berbagai komunitas lain, menghubungkannya dengan berbagai organisasi seperti Habitat for Humanity, atau Amnesty International,” katanya. 

Barangkali, ide-ide perubahan mesti dibumikan dengan cara-cara sederhana, namun konsisten. Ide-ide hebat tak selalu lahir di ruang-ruang kelas tentang perubahan sosial. Ide revolusioner bisa diwujudkan dengan langkah-langkah kecil yang lahir dari proses mengamati kenyataan, lalu menyusun peta perubahan social dengan langkah yang konsisten dan terjaga rapi. 

Mungkin Chris tidak menyadari bahwa langkah kecilnya tersebut seakan menampar banyak orang yang bertahun-tahun belajar di universitas, namun tak punya cara untuk membumikan ide-ide besar tersebut. Saya termasuk salah seorang yang seakan ‘tertampar’ oleh apa yang dilakukannya. Namun, ketimbang iri atas apa yang dilakukannya, jauh lebih baik jika saya pun mulai memikirkan langkah-langkah kecil lain yang selaras dengan idenya. Saya percaya bahwa setiap ide atau gagasan untuk kemajuan selalu memiliki kaki-kaki untuk bergerak. 

suasana di depan kafe

Sebuah ide tak selalu tinggal di satu ruang hampa sejarah. Ide itu akan serupa vius yang menyebar, memberikan injeksi kekuatan, dan kelak menjadi rumput kecil yang merubuhkan tembok kekar kekuasaan. Tanpa disadari, Chris telah menginspirasi saya untuk meniti jejaknya. Mudah-mudahan kelak saya pun bisa membangun komunitas kecil yang dinamik, konsisten, serta memiliki relasi kuat dengan masyarakat lokal. Sebagaimana Chris, bukankah gagasan revolusi selalu dimulai dari ide sederhana? 


Athens, 3 April 2010

0 komentar:

Posting Komentar