Ibumu Sesakti Ibu Harry Potter


Anakku sayang. Maafkanlah ayahmu yang terlalu sibuk ini. Mestinya awal bulan ini, aku menulis sesuatu untukmu. Namun, kesibukan mendera tubuhku hingga aku tak memiliki waktu. Ah. Mungkin aku sedang sok sibuk. Aku agak terbebani dengan beberapa bacaan serta tugas-tugas. Kelak kamu akan tahu kalau di sini, semuanya tidak selalu mudah. Semuanya tidak seindah yang dibayangkan banyak orang tentang negeri di mana diriku menganyam rindu untukmu. 

Minggu ini aku mendapat berita gembira. Tiba-tiba saja, ada kejutan yang datang dari langit, tanpa sebelumnya direncanakan. Akan ada pula kebahagiaan lain yang akan menyusul. Aku tak mau menceritakannya sekarang. Aku ingin melihatmu terkejut. Tapi biar dirimu tak terlalu penasaran, biarlah aku membisikkan sesuatu. Aku barusan menyadari kalau dirimu bukan cuma membawa bahagia, tapi juga membawa rezeki. Semesta memeluk semua mimpiku, mimpimu, dan mimpi ibumu. 

Anakku sayang. Meskipun aku terlambat menulis sesuatu untukmu, jangan pernah berpikir jika aku mulai melupakanmu. Tidak Nak. Dirimu adalah nyala lilin kecil yang terus berpijar di hatiku. Memang nyala itu terlihat kecil, namun ia sanggup memisah gelap menjadi terang, memisah kelam menjadi benderang. Kamulah cahaya itu Nak! 

Nak! Ini namanya langsat!

Ibumu bercerita kalau dirimu sudah bisa duduk sendiri. Kamu sudah bisa bangun tidur dan langsung duduk. Kamu semakin cerdas. Kelihatannya, nalarmu mulai menyelidik semesta. Kamu mulai suka memperhatikan sesuatu dengan penuh perhatian. Kelak, pikiranmu akan menjelajah ke banyak tempat. Mungkin saja kamu sedang duduk diam di satu tempat, namun tidak dengan pikiranmu. Kamu akan menelisik alam ini. Kamu akan belajar dan menyerap segenap kearifan semesta. 

Aku tak sabar menanti saat dirimu bertanya banyak hal. Aku tak sabar untuk melepaskan ribuan cerita yang kupendam sejak lama. Aku adalah seorang ayah yang menyimpan ribuan amunisi kisah dan dongeng. Kelak ketika dirimu mulai mengenali sesuatu, aku berjanji akan mendongeng untukmu setiap malam. Aku berjanji akan mengajakmu untuk tamasya ke semua negeri dongeng, menjangkau semua pencapaian terbaik manusia, menelusuri cara-cara manusia memahami dunianya, serta cara-cara manusia menyerap kebijaksanaan, kebahagiaan, dan keriangan. 

Anakku sayang. Sekali lagi maafkanlah ayahmu. Yakinlah kalau bahasa cintaku dan bahasa cinta ibumu adalah selubung yang melindungi dirimu dari segala apapun. Kubisikkan satu rahasia. Ibumu selalu mengaku sebagai penyihir. Sesungguhnya ia bukanlah penyihir. Tapi ia sesakti ibu Harry Potter yang cinta kasihnya menjadi perisai baja hingga sanggup melindungi Harry dari segala bahaya, bahkan dari Pangeran Kegelapan Lord Voldemort sekalipun. Nak. Waktu akan menguatkan perisai itu hingga menempel abadi dengan ragamu. Waktu akan mengasah cinta kami hingga menjadi mercusuar yang mengarahkan ke manapun dirimu bergerak. Nak, aku teringat puisi Zawawi Imron, "Ibu.. Ke manapun aku bergerak, maka matamu yang selalu menjadi tempat kembaliku." Bukankah demikian Nak?


Athens, 18 April 2012

2 komentar:

Meike Lusye Karolus mengatakan...

kalau tulisan2 kak yusran dan kak dwi untuk Ara digabung jadi satu, bisa jadi buku dengan judul, "Surat Untuk Ara" heheh :D #justimagine

Agung Talaga mengatakan...

Mudah2an Cerita di atas menjadi inspirasi tersendiri bagi saya untuk mempersiapkan segala untuk kedepannya dalam berumh tangga. Hahaha..

Posting Komentar