Siaran Pertama di Athens

seusai wawancara

BAYANGKAN, dirimu berada di satu ruangan kecil dengan lampu temaram. Di tengah, ada banyak peralatan perekam. Mikrofon, headset, hingga sejumlah kabel-kabel. Di tengah ruangan itu, dirimu dan yang lain harus duduk saling mengelilingi lalu bersiap menjawab pertanyaan. Sementara di sudut ruangan, terdapat lampu berwarna merah yang memberikan tanda kalau pembicaraan itu akan disiarkan ke seluruh pelosok negeri. Apakah dirimu akan merasa nervous? 

Kemarin, saya berada dalam posisi tersebut. Saya bukan seorang selebriti yang terbiasa rekaman di satu studio. Saya hanya seorang mahasiswa Indonesia di Amerika yang masih mengalami kesulitan berbahasa Inggris. Kemarin, saya diminta datang ke satu studio di kampus untuk wawancara tentang pengalaman sebelum kuliah dan saat kuliah. Mestinya saya menolak. Saya membayangkan ada dua kesulitan yang saya hadapi. Pertama adalah kemampuan bahasa Inggris yang serba terbatas. Kedua adalah rasa grogi yang tiba-tiba membuat saya jadi serba khawatir. Saya ingin berlari dari acara itu. Tapi rekan asal India yang jadi presenter menolak pengunduran diri itu. Rekan, yang sudah seperti saudara itu, malah mengancam, “If u not come, I will kill u.” 

Ia cuma bercanda. Tapi itu adalah pertanda kalau ia tak ingin saya membatalkan wawancara. Ia berharap agar tahun-tahun mendatang, saya bisa menjadi host untuk acara tersebut. Terhadap permintaannya ini, saya hanya mengiayakan. Dengan kapasitas bahasa yang serba terbatas ini, saya tidak yakin apakah kelak bisa memenuhi permintaannya. 

Dalam wawancara ini, saya dipanel dengan seorang sahabat asal Ghana bernama Shaka Bello. Ia punya pengalaman sebagai koordinator program peacebuilding di beberapa kota di Amerika. Sementara saya sendiri diposisikan sebagai mahasiswa baru yang ingin belajar banyak hal tentang komunikasi, khususnya tema peacebuilding. Presenter atau host acara ini adalah Rashmi Sharma (asal India) dan Jascene (asal Jamaika). Wawancara ini disiarkan oleh WOUB Public Media yang merupakan lembaga non-akademik yang merupakan bagian dari pelayanan broadcast di kampus Ohio University. 

Sebenarnya, lembaga ini lebih diniatkan sebagai laboratorium bagi mahasiswa Scripp College of Communication di Ohio. Namun, dalam konteks profesionalitas, lembaga ini jugamenggelar siaran radio dan televisi yang jangkauannya adalah negara bagian Ohio, Kentucky dan West Virginia.

Kemarin, saya memberanikan diri untuk hadir. Pada mulanya, saya memang nervous. Namun selanjutnya, diskusi mulai mengalir lancar hingga waktu 30 menit usai. Saya sendiri tak paham, sebagus apa proses wawancara tersebut. 

Apapun itu, saya telah memberanikan diri untuk tampil di sesi wawancara yang disiarkan di satu radio. Kata sahabat yang jadi presenter, saya telah melalui satu tahapan yang amat sulit, menegangkan, namun berhasil dilewati. Mudah-mudahan ini bisa jadi pengalaman berharga buat saya. Semoga! 


Athens, 4 Februari 2012

0 komentar:

Posting Komentar