Media Amerika Nyaris Sekarat!



Seperti apakah masa depan media massa di Amerika Serikat? 

koran-koran gratis di depan Alden Library

DI depan Alden Library, saya melihat tumpukan surat kabar yang berderet-deret. Semua mahasiswa dan warga Athens, Ohio, tahu persis kalau suratkabar yang dipajang tersebut adalah gratis dan bisa diambil siapa saja. Biasanya, ada dua jenis Koran yang bisa diambil setiap saat yakni Athens Messenger dan The Post. 

Di banyak kota-kota di AS, media cetak lokal selalu gratis. Di beberapa kota besar, biasanya di persimpangan, terdapat banyak boks yang berisi edisi berbagai koran dan majalah. Semuanya gratis. Bagi anda yang suka membaca, tak perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkan bacaan berkualitas yang gratis. Semua media itu juga tersedia dengan mudah. Biasanya yang berbayar hanya media massa dengan tiras besr serta jangkauannya nasional dan dunia, sebagaimana USA Today dan The New York Times. Jika kedua media ini juga diberikan secara gratis (meskipun ada embel-embel kampanye program), lantas, apa yang sebenarnya terjadi? Bisakah kita mengatakan bahwa dunia media cetak di Amerika Serikat sedang sekarat dan tengah megap-megap di ruang operasi? 

The New York Times
USA Today

Kita memang sedang menyaksikan senjakala dunia media cetak. Dahulu, berita disebarkan setelah melalui proses cetak, yang membutuhkan modal besar berupa mesin serta peralatan cetak. Dahulu media cetak bisa jumawa dalam menentukan peristiwa mana saja yang layak diberitakan dan mana yang tidak. Dahulu, media cetak amat berwibawa dan semua orang mesti mengeluarkan biaya demi emndapatkan media itu. Media lalu menjadi kuas yang kemudian mewarnai kanvas peradaban, memenuhinya dengan aneka sedih dan gembira, mencatat beragam kesaksian yang kemudian membekukan satu peristiwa dalam ruang ingatan kolektif bersama. 

Kini, kita tiba pada era di mana masa silam yang agung itu hanya menjadi pengantar tidur bagi seorang anak kecil. Kini, era media cetak perlahan kehilangan pengaruh. Ketika media besar pun ikut-ikutan menggratiskan medianya, maka ini adalah indikasi bahwa sedang terjadi perubahan besar di media kita. Ini indikasi bahwa sedang terjadi revolusi di media kita yang dipicu oleh kehadiran generasi baru yang melek teknologi, yang selalu menginginkan kecepatan dan kemudahan mengakses informasi, semudah menekan tombol pada telepon selular. 

Generasi baru pembaca media ini menginginkan sesuatu yang spontan dan segera. Tak perlu menunggu loper koran untuk membaca informasi terbaru. Cukup mengaktifkan ponsel atau menyalakan internet, maka semua informasi terbaru langsung ter-update. Mereka juga menginginkan fleksibilitas sebab daya jelajah atau mobilitas mereka juga tinggi. Lantas, apakah ada yang akan berubah dengan peta sosial media di masa depan? 

dua koran lokal di Athens


Satu hal yang perlu dicatat. Media masa jelas tetap penting. Informasi tetap menjadi komoditas utama. Namun yang berubah adalah cara-cara penyampaian informasi tersebut. Yang berubah adalah cara mengirimkan informasi tersebut hingga tiba ke ranah publik. Konsep tradisional tentang media cetak akan segera mengalami pergeseran dnegan cara-cara baru. 

Kita sedang menyaksikan satu gelombang perubahan tersebut. Kita sedang menyaksikan gelombang revolusi media. Setelah kita menyaksikan matinya industri kaset karena mudahnya sebuah lagu direproduksi dalam format bajakan, maka kita pun sedang menyaksikan perubahan besar tatanan media massa. Berita yang bagus bukanlah berita yang direkomendasi para editor, melainkan berita yang paling banyak di-share dan disebarkan melalui situs jejaring social. 

Para editor tidak lagi bisa angkuh menentukan mana yang layak diberitakan dan mana yang tidak, sebab di era media sosial ini, sebuah berita bisa disebarkan dengan cepat dengan cara gratis. Bahkan para jurnalis pun kian tersaingi dengan hadirnya para blogger dan pewarta warga yang bisa bergerak cepat, hanya dengan mengandalkan koneksi internet. 

Apakah ini tanda media di AS sedang sekarat? Nampaknya tidak. Informasi bergerak seperti air yang terus mencari ruang-ruang baru, atau tidak, bisa tertampung dalam satu ceruk atau celah, atau kolam. Tapi, mungkin sudah saatnya genderang matinya media cetak dibunyikan dengan nyaring. Buktinya, harian sebesar The New York Times habis-habisan berinvestasi di dunia online. Wah!


Athens, Ohio, 6 Februari 2012

0 komentar:

Posting Komentar