Menelusuri Stasiun Bawah Tanah Washington

kereta bawah tanah atau subway di Washington DC

SATU hal yang cukup mencolok dan membedakan antara kota-kota besar di Amerika Serikat (AS) dan kota besar di Indonesia adalah penataan sarana transportasi yang sangat baik. Selama menelusuri kota Washington dan New York, saya belum pernah menyaksikan kemacetan panjang.

Ini disebabkan adanya subway atau kereta listrik yang berseliweran di bawah dua kota tersebut. Karcisnya juga bisa dibeli di mesin (serupa mesin ATM) di setiap stasiun, sekaligus mudah untuk mengisi pulsa di tempat tersebut. Nyaman khan?

Bagi yang pertama memasuki dua kota ini, maka hal pertama yang mesti dilakukan adalah miliki peta kota. Anda tak perlu membelinya di toko buku. Cukup mengecek beberapa situs di internet, kemudian men-download-nya dengan mudah. Saya sendiri cukup meng-copy peta dari google, kemudian menjadikannya sebagai kompas saat menelusuri kota. Peta itu membantu kita untuk menentukan lokasi di mana kita hendak bepergian. Selanjutnya yang dibutuhkan adalah peta jalur subway atau kereta bawah tanah. Anda mesti memperhatikan dengan baik ke mana anda hendak bepergian, serta apakah bisa dijangkau dengan subway ataukah tidak.

suasana di stasiun bawah tanah
bersama Iqra Anugrah
suasana di dalam kereta

Di Washington dan New York, kereta bawah tanahnya punya banyak stasiun dan menghubungkan titik-titik strategis di kota itu. Ke manapun kita hendak pergi, kita akan mudah menjangkaunya dengan kereta tersebut. Bahkan di New York, kereta itu juga bisa menghubungkan atar pulau. Saya menyaksikan sendiri bagaimana kereta tersebut melewati jalan di bawah jembatan demi menjangkau pulau terdekat.

Inilah sebab mengapa kota-kota itu tidak pernah mengalami kemacetan. Kita jarang melihat antrian enderaan serta penumpang di tepi jalan. Sebab semua penumpang bergegas masuk ke bawah tanah dan menunggu kereta di situ. Di kota ini, memiliki mobil pribadi justru menelan ongkos yang mahal. Anda mesti menyiapkan dana besar untu biaya parkir. Tak semua tempat bisa menjadi lahan parkir. Anda juga mesti siap dnegan asuransi serta biaya ekstra saat harus mereparasi mobil. Biayanya bisa sama dengan membeli mobil baru.

Pantas saja jika warga Washington dan New York justru sangat menikmati keberadaan subway atau kereta bawah tanah tersebut. Mereka bebas ke mana-mana dalam waktu yang relative singkat.

Saat menjajal kereta tersebut, saya selalu berpikir, jika mungkinkah trasportasi massal jenis subway ini diterapkan di Jakarta? Mungkin tidak. Ketika Jakarta banjir, maka ruang bawah tanah itu akan jadi kolam besar yang menenggelamkan semua kereta. Wihh.. Kok saya jadi ngeri?

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Kangkilona uka adhi odhe o' stasiunna itu.......ckckck...
asln

Anonim mengatakan...

Jadi teringat tulisan lama ini http://tomilebang.blogspot.com/2004/04/raungan-di-dinding-terowongan.html

Posting Komentar