Di Athens, Mata Kami Membuka

DI Indonesia ada yang mati bakar diri. Para sahabat di Athens memilih untuk menyatakan solidaritas. Kami tak hendak mendukung aksi bakar diri itu. Tapi kami respek pada substansi yang hendak disampaikan. Mata kami terbuka lebar bahwa ada sesuatu yang salah di negeri jauh sana. Ada semacam ilusi tentang kesejahteraan, namun mengabaikan fakta-fakta lapangan yang kerap membuat dahi kami berkerut, membuat kami sama sedih, membuat kami sama sedih dan tiba-tiba saja ingin mencatat ulang apa yang pernah dicita-citakan para pendiri republik.

saat menyatakan solidaritas untuk Sondang di kampus Ohio University, Senin (12/12)

Di tanah yang jauhnya ribuan kilometer dari tanah air, kami menggelorakan segala kecintaan kami pada negeri. Kami tak hendak silau pada kehebatan negeri tempat kami berpijak saat ini. Kami tak hendak terkagum-kagum pada apa yang dicapai bangsa lain, dan kemudian melecehkan gerak bangsa kami yang masih bergelut dengan problem sosial semacam kemiskinan, ketertindasan, dan setiap saat ada letusan senapan. Kami tak hendak menghina anak bangsa yang mesti belajar ulang tentang banyak hal. Kami ingin belajar bersama pada kearifan bangsa yang selama ratusan tahun kokoh bertahan dan menyediakan jawaban atas segala soalan kehidupan.

Kami sama bersedih ketika mendengar mereka yang muda, kemudian memilih untuk membakar diri demi meneriakkan sebuah tuntutan. Namun kami jauh lebih sedih ketika memikirkan bangsa kami yang sering dipandnag sebelah mata. Sejauh-jauh kami melangkah, ingatan tentang bangsa kami selalu saja tentang keterbelakangan. Kami ingin mendobrak semua stigma negatif itu. Tapi kami sadar kalau kami hanyalah anak muda yang masih belajar. Kami masih tertatih-tatih di tepi rimba pengetahuan, dan sedang mencari jalan terbaik untuk kembali ke tanah air dan melakukan sesuatu.

Kami bangga menyandang menyandang kalimat anak muda. Mereka yang muda bukanlah mereka yang duduk manis di balik meja dan di awal bulan menanti gaji yang dimasukkan dalam selembar amplop atau terkirim melalui rekening. Mereka yang muda adalah mereka yang masuk menemui malam, dan di siang hari berpanas ria demi sebuah tuntutan. Mereka yang muda adalah mereka yang jiwanya senantiasa mendidih ketika melihat keadilan dimangsa negara, dipenuhi gelora idealisme untuk melakukan sesuatu, meskipun risikonya adalah melepaskan milik paling berharga.

Kami sama bersedih karena ada anak muda melepaskan satu-satunya jiwa yang dimilikinya. Tapi kami jauh lebih sedih memikirkan bangsa ini. Ada begitu banyak pekerjaan besar, dan harus dituntaskan satu demi satu. Untuk itu, jiwa dan semangat perubahan mesti dikerek tinggi-tinggi hingga menggapai ujung tertinggi negeri ini hingga menggerakkan semangat dan keberanian.

Di titik inilah kami berpijak. Di titik inilah kami mengeja semangat perlawanan kami yang redup laksana pijar lilin kecil, namun sanggup mengatasi kegelapan hati. Dari api yang redup itu, kelak akan membakar hingga menyalakan jiwa kami dan jiwa bangsa kami. Inilah kami. Inilah semangat kami.



Athens, 12 Desember 2011
Usai menyatakan sikap di kampus Ohio University

1 komentar:

Unknown mengatakan...

sip... tetap berbuat yang terbaik untuk negri!

Posting Komentar