Makna Sebuah Makian

DI balik setiap tulisan yang tampil di blog ini, saya selalu menemukan beragam reaksi serta spontanitas para pembaca. Bahkan beberapa tulisan sering mengundang komentar pedas yang memaki-maki. Terhadap semuanya saya respek dan menerima dengan lapang dada. Tapi saya sering kesal kalau ada yang memaki-maki, namun tidak meninggalkan nama dan alamat email. Bagi saya, ini adalah jenis komentator pengecut yang hanya berani menyerang, namun tidak secara gentle mengakui dirinya. Ia melempar batu dan setelah itu bersembunyi. Makanya, saya memilih jalan pintas, yakni segera menghapus komentar tersebut. 

Komentar tersebut tidak akan tayang di blog sebab akan saya sensor ketika melakukan moderasi. Saya mulai melakukan moderasi alias persetujuan apakah komentar akan tayang ataukah tidak di blog ini sejak setahun lalu --ketika saya berkasus dan banyak pemaki di blog ini. Filing saya, pemaki tersebut adalah sahabat dekat sendiri yang hanya berani melempar dari luar, tanpa unjuk diri. Makanya, setelah melalui banyak pertimbangan, saya lalu memutuskan untuk melakukan moderasi.

Maaf, bukannya tidak siap dikritik, namun saya tidak suka dengan para pemaki yang bersembunyi, merasa pintar, dan menghinakan pendapat orang lain. Boleh saja memaki, namun alangkah lebih baik jika tampilkan nama dan alamat imel yang jelas, biar ada kesinambungan dialog serta bisa saling belajar. jika saya memang layak dimaki, dengan senang hati saya menerimanya. Jika memaki hanya karena perbedaan pendapat, tentunya saya amat tidak sepakat. sebab upaya menyelesaikan perbedaan adalah dengan dialog dan diskusi, bukannya melempar lalu sembunyi. Dengan cara diskusi, pengetahuan akan bertambah. Bukankah demikian?

Hari ini, saya membuka imel dan menemukan beberapa komentar yang mengapresiasi dan memaki tulisan saya yang dianggap kontroversial yakni Maaf, Saya tak Ber-Tuhan. Saya menemukan begitu banyak reaksi, baik positif maupun negatif. Semua komentar yang mengapresiasi, saya tayangkan di blog. Sementara komentar yang memaki tanpa identitas, langsung saya delete. Anda penasaran melihat komentar kasar tersebut? Saya akan perlihatkan Anda dua komentar. Itupun saya pilih komentar yang agak halus dan tidak memaki sebagaimana yang saya delete. Silakan menyimak dan nilai sendiri.

Komentar pertama dari seorang profesor asal malaysia. Saya sudah mengecek blog pribadinya. Belau seorang profesor doktor yang cukup pentingdi malaysia. Namun, komentarnya sangat aneh karena tiba-tiba saja membahas politik luar negeri serta ambisi Singapura. Atau mungkin saya yang berpikir aneh. Silakan menyimak:

Salam mas, harap mas dapat baca artikel ini: http://ridhuantee.blogspot.com/2011/01/bertindak-sebelum-terlambat.html. Ia berkenaan pandangan Lee Kuan Yew dalam bukunya yg terbaru "Hard Truth to keep Singapore Going". Ada bermacam lagi kata2nya yg amat sombong tentang Islam dan kebimbangan beliau tentang Malaysia dan Indonesia dari segi militer. 
Pernahkah kita terfikir utk menyerang Singapura? Tidak bukan? Tapi Lee Kuan Yew memikirkannya. Kenapa? Pasti ada agendanya.
Nah, sekarang jelaslah siapa yg punya motif utk mengadu domba Malaysia dan Indonesia. Lihat saja sebahagian stesyen TV di Indonesia. Bukankah milik org Singapura? Objektif mereka jauh lebih jahat mas. Jadi saya harap mas berhati2 dalam memainkan isu nasionalisme antara Indonesia dan Malaysia apabila menulis - apalagi bila disiar di akhbar. Nasionalisme itu menjadi alat mereka utk memecah belahkan Islam. Moga hubungan sesama Islam tidak tercemar oleh adu domba si kafir proksi Israel di nusantara, Insyallah. Btw, selamat studi ke Quesland mas. Salam dr Malaysia. 

Satu lagi adalah komentar dari seseorang yang tidak meninggalkan jejak. Kalimatnya mengkritik, namun tidak saya tanggapi karena tidak mencantumkan identitas dan alamat. nah, inilah komentarnya:

(Ah,.. jika itu Tuhan yang dimaksudkan, maka saya memilih tak bertuhan)
Mas Yus, sadar ga bikin tulisan ini ?, referensinya apa kok seberani ini...???, jika anda muslim tentu Qur'an dan Sunnah yang jadi landasan berpikirnya, jika bukan, maka akalmu telah menyesatkanmu .....hati-hati mas, jangan sampai kecerdasan anda dipakai oleh orang2 yg ingin merusak islam baik anda sadari atau tidak.
semoga anda lebih teliti dan berpikir lagi sebelum membuat tulisan kayak gini....baca juga Sejarah Rasulullah SAW. good luck ...

Komentar profesor asal Malaysia itu menelaah hal-hal yang tidak dibahas dalam tulisan, akan tetapi hal yang dibahasnya cukup menarik. Sementara komentar kedua, justru hendak mempertanyakan tulisan, serta menyampaikan pesan otoritarian bahwa sumber referensi hanya satu yakni Quran dan Sunnah. Ia juga menyampaikan kekhawatiran bahwa akal telah menyesatkan saya, dan kecerdasan saya (emangnya saya cerdas yaa) telah digunakan musuh Islam. Membaca komentar ini, saya kian paham bagaimana logika para penghancur rumah ibadah atau mereka yang membunuh Jamaah Ahmadiyah. Saya menerima kritikan ini dengan lapang dada


Terhadap semua pengkritik, saya mengucapkan terimakasih...

10 komentar:

Anonim mengatakan...

Aduh mas, komentar saya yang memberi link ke blog professor itu, bukan professor itu sendiri yg mehulisnya. (Harap mas dpt betulkan entri mas di atas ya). Iya, saya meletakkan komentar yg tdk kena dgn entri blog saudara; sy cuma mau berpesan kpd saudara, bukan mengkomentar ttg entri tsbt. Jika saudara kurang berkenan, sy minta maaf. Saya menulis itu kerana anda terkadang memainkan isu nasionalisma (seolah meniupkan kebencian) antara Malaysia dan Indonesia tanpa memikirkan akibat tulisan anda. Seharusnya saudara fahami dahulu keadaan di Malaysia sebelum menulis. Ini bukannya soal ekstrimis Islam, tetapi tangungjawab kita ke atas agama kita. Memang udah terang agenda jahat mereka, mengapa kita mesti terus menari mengikut irama adu domba mereka? Memang saya tidak meninggalkan jejak, kerana tulisan ini saya tujukan untuk saudara sahaja. Moga-moga kita dapat merapatkan persaudaraan sesama Islam. Saudara baca dahulu buku oleh Lee Kuan Yew itu kemudian fikir-fikirkanlah. Salam dr Malaysia.

Anonim mengatakan...

Terlupa mau ditulis mas, janganlah kita sering berbaik sangka dengan org lain tetapi berburuk sangka sesama saudara kita sendiri. Itu pun kalau anda mau menganggap Muslim di Malaysia ini sebagai saudara. salam dr Malaysia - saya bukan professor

Anonim mengatakan...

Saya kira komentar yg pertama itu bukannya komentar Professor tersebut, tetapi orang lain yang menjadikan artikel Professor tersebut sebagai reference.

Yusran Darmawan mengatakan...

Maafkan karena saya tak banyak tahu tentang Malaysia. Yang saya tahu konsep kemalaysiaan sebagaimana yang saya temukan di media massa Indonesia. Rasanya, negeri itu terlalu jauh buat saya untuk sekedar dikunjungi dan dipahami bagaimanakah cara berpikir warganya. Maka media masa menjadi satu-satunya wadah yang mengayakan konsep saya tentang Malaysia. Namun, adakah gambaran positif dari media Indonesia tentang Malaysia? Silakan menyimak media Indonesia dan temukan bagaimana perasaan orang Indonesia di Malaysia, apa yang mereka alami, hingga membentuk gambaran tentang negeri itu.

Memang, ada banyak kesamaan antara Indonesia dan Malaysia. Tapi sejarah dan kolonialisme bangsa asing menjadi sebab yang memisahkan. Sayapun menganggap Malaysia sebagai saudara. Namun, adakah yang bisa menjelaskan mengapa orang malaysia memanggil Indon dengan sapaan yang merendahkan, atau tudingan yang serba tidak enak tentang Indonesia di sana. Bisakah pula saudara jelaskan mengapa ada banyak orang Indonesia yang diperlakukan seperti sapi perah, disiksa hingga nyaris tewas, dilihat seperti binatang.

Saya punya beberapa sahabat yang kuliah di sana. Entah kenapa, sepulang dari sana justru kian bertambah kebencian kepada Malaysia. Mungkin saya perlu bertanya lebih jauh. Tapi setidaknya saya bisa berkesimpulan kalau mereka telah mengalami banyak hal di sana. Mereka mengalami pengalaman yang tidak enak hingga tiba pada titik kebencian sedemikian rupa. Bisakah Anda menjelaskan apakah betul ada pengalaman buruk yang diterima warga Indonesia di sana?

Apapun komentar Anda, saya senang mendengarnya. Apalagi karena Anda memosisikan blog ini punya kekuatan yang mempengaruhi pemikiran banyak orang. Maafkan karena jawaban ini terlalu singkat. Tapi kita bisa diskusi jauh demi menenangkan hati dan menyelesaikan tanda tanya yang berkelebat di pikiran kita. Terimakasih...

Anonim mengatakan...

Jika anda belum memahami cara berfikir warganya, jadi jangan jump to conclusion dulu mas. :-) Media selau berat sebelah dan punya agenda mereka.

Apa yg saya faham media Indonesia agak bias dan cenderung mengadu domba. Sebabnya? seperti yg saya tulis diatas ttg Lee Kuan Yew. (Tapi ini pandangan saya saja) Pernah anda tanya perasaan org Indonesia disini bagaimana perasaan mereka? Ramai juga yg hepi saja mas. Saya punya ramai teman dari Indonesia disini mas.

Keduanya, panggilan "Indon" (maaf) itu disini tidak dianggap merendahkan, ramai di Malaysia tidak memahami yg perkataan itu dianggap oleh org Indonesia sebagai merendahkan.

Tentang pemerasan TKI itu, mas, harus dilihat apakah yg memeras itu Islam atau tidak. Rata2 majikan itu bukan Islam mas. Mungkin mereka berdendam kerana pribumi Islam di Malaysia diberi beberapa keistimewaan. Keistimewaaan yg diperolehi pribumi inilah yg jadi masaalah di Malaysia skrng ini. Dikawasan saya ini ada cukup ramai TKI dan kami berinteraksi dgn cukup baik. Malah ada yg pernah ke Indonesia ikut liburan ke kampung pembantunya di sana.

Saya juga punya beberapa teman dari Indonesia yg kuliah disini. Di Uni. Malaya, ada yg pd mulanya kelihatan prejudis dgn org Malaysia, tapi sekarang semuanya baik2 saja. Ada yg malah sekarang dilantik jadi Professor disini. Cuba mas search "Indra Mahlia" di Google. (Tapi dia tidak mengenal saya lah.. hehe)

Ttg budaya. Mas, ada teman saya yg kakek istrinya dari Ponorogo. Di Malaysia ada tempat bernama Parit Ponorogo di daerah Muar. Di kampung beliau (bukan di PArit Ponorogo itu) bahasa yg diguna seharian adalah bahasa Jawa. Kakeknya salah seorang yg membawa reog itu ke Malaysia pd tahun 40an. Tapi kini, keperdulian ttg budaya di Malaysia amat rendah. Jadi bila ada keperluan info utk website contohnya, ramai yg meletakkan info yg tidak tepat. Infonya bersifat asal ada saja. Sebab itu timbulnya kekeliruan ini.

Tapi memang ada masanya rakyat Malaysia prejudis dgn warga TKI di sini. Sebab utamanya adalah jenayah. Jenayah pecah rumah disini rata2 dilakukan oleh warga Indonesia. Penjara di Malaysia kini lebih banyak warga asing dari rakyatnya sendiri. Ada jiran saya yg dirampok dan diikat dirumahnya 2 th lepas. Tak kurang juga yg dibunuh.

Memang kita punya beberapa perkara yg diperselisihkan. Tapi, itu saya anggap pergaduhan adik abang. Tak perlu putus saudara. Seperti yg dikata Lee Kuan Yew, Indonesia dan Malaysia sering bergaduh, tapi bila ada isu ttg S'pore mereka akan bersatu menentang S'pore. Lihatlah mas, ini lah sebabnya dia mau kita berantakan sehingga putus saudara.

Ya, benar, saya anggap blog saudara berupaya merapatkan atau menjauhkan hubungan Malaysia-Indonesia.

Salam hormat saya dari Malaysia.

Anonim mengatakan...

Kalau ada dalam tulisan saya yang membuat mas berkecil hati, saya mohon maaf, saya tak berniat begitu. Terima kasih atas perhatiannya mas.

Yusran Darmawan mengatakan...

Perlu anda paham kalau saya tidak sedang menulis bagaimana perasaan warga Malaysia. Saya sedang menulis ekspresi saya sebagai warga Indonesia, termasuk bagaimana pendapat saya pada Malaysia. Jadi, saya tidak bermaksud membuat sebuah tulisan yang menyajikan dua sisi. Blog ini berisikan pandangan saya atas sesuatu.

Kalau anda punya ketidaksepakatan atas apa yang saya tulis, saya persilakan anda untuk membuat blog dan kemukakanlah pandangan anda sendiri, termasuk bagaimana mencairkan hubungan antar dua negara sesama Muslim ini, yang sempat rusak karena teroris asal Malaysia, Noordin M Top, telah membuat teror bom di mana-mana di negeri ini.

Yang jelas, perhatian saya adalah bagaimana negara ini bisa bangkit dan memiliki kekuatan di Asia sehingga tidak direndahkan dengan sapaan "Indon" oleh orang Malaysia. Saya ingin negara ini punya harga diri sehingga warganya tidak harus mengemis dan disiksa oleh majikan Malaysia. Dan saya percaya itu bisa dicapai dengan cara menguatkan semangat nasionalisme yang mengakar di masyarakat.

Meskipun anda bisa bilang kalau nasionalisme itu produk kaum kapitalis, saya melihat catatan sejarah tentang kemerdekaan Indonesia yang didapatkan melalui semangat nasionalisme dan perlawanan terhadap kaum penjajah.

Keinginan saya adalah negeri ini bisa kuat dan disegani di Asia. Saya ingin Indonesia yang kuat dan berwibawa secara kebudayaan. Itu saja. Semoga smeua impian itu bisa tercapai dan saya adalah bagian dari orang-orang yang mewujudkan cita-cita sebagai negara yang kuat. Thanks

Anonim mengatakan...

Iya mas, saya cuma berpendapat seharusnya sebagai Muslim kita harus adil dan meneliti "sumbangan" kita terhadap persaudaraan Islam. Saya cuma ingin berpesan kerana bimbang saudara terlupa. Apa yg saya mahu jelaskan udah saya jelaskan. Jika saudara tidak mau menerimanya, iya gak apa-apa. :) Iya nordin bikin kacau di Indonesia, begitu juga penjenayah warga Indonesia di Malaysia. Kalau anda ingin mencapai kemajuan dengan menggunakan sentimen kebencian terhadap org lain terserah anda. Saya lebih suka kalau kita berkongsi bersama apa yg ada dan sama2 memajukan diri. Kalau mas ngak mau, apa boleh buat ya. :) Salam mas..

Yusran Darmawan mengatakan...

saya tak bermaksud untuk konflik. justru saya senang kalau ada konsep persaudaraan Islam. tapi itu mesti ditempuh dengan cara yang elegan. apa yang dilakukan Anwar Ibrahim dan penulis Karim Raslan sangat tepat untuk menghilangkan kebencian kedua negara. mereka datang dengan semangat persaudaraan dan menghadiri banyak diskusi di Indonesia.

kita tidak harus menjadi mereka. tapi ada semangat serta strategi yang bisa ditempuh untuk menyatukan visi dua negara serumpun ini. itu bukan dilakukan dengan cara mengangkat nama sesama Islam, namun dalam kehidupan sehari-hari, selalu saja ada berita tidak enak tentang masyarakat Indonesia di Malaysia.

kita bisa melakukannya lewat banyak cara. mulai penerbitan buku, riset di dua negara, atau banyak lagi. saya kira ini bisa menjadi hal positif untuk menyamakan visi dua negara yang selalu saja diwarnai berita tidak mengenakkan tentang penyiksaan atau pemboman atas nama agama. salam...

Anonim mengatakan...

Betul mas,juga selain berita gak enak (saya juga benci mendengarnya), barangkali berita yg bagus2 tentang warga Indonesia di Malaysia (juga sebaliknya) juga patut di beri perhatian supaya lebih adil dan dapat menyumbang kepada pembangunan Malaysia dan Indonesia. Semoga kedua-dua negara dapat bangun bersama dan maju juga saling tolong menolong. Salam mas..

Posting Komentar